Rabu, 29 Mei 2013

Ayano Rosie-Catatan Naraya#2

Makassar, 2011
Mengenang Kawan Kecilku

Sepulang dari acara sastra waktu itu, ingatanku kembali merambah masa dimana kanak kanak masih saja merampungkan ingatan, aku ingat sejak kecil, kami di ajarkan tuk selalu mandiri, berusaha tuk mengurus diri sendiri tanpa harus mengharap bantuan orang lain. Tapi kali ini aku tak akan mengurai kisah itu, mungkin pada penuturan di lain waktu akan kukisahkan yang lebih dalam lagi.

Kali ini aku hanya bercerita tentang seorang kawan kecilku, yang entah dimana saat ini berada. Dan semalam tiba tiba saja aku mengeja namanya dalam bait bait rinduku. Aku akan imlakan barisan barisan kisahmu dalam balutan kisah ini, semoga saja rinduku dapat terejakan dalam lantunan kidung hatimu.


Siapa lagi kalau bukan  Agus, aku mengenalnya saat sama sama masih duduk di bangku sekolah dasar. Yang terekam pertamakali dalam otakku saat itu adalah Agus, anaknya sedikit pemalu dan pendiam namun sesungguhnya anaknya sangat baik, kulit hitam manis dan pesona dari matanya yang membuat kawan kawan menyukaianya, termasuk aku, tapi karena aku juga sangat kikuk tuk bergaul dengan orang yang baru aku hanya mampu memandanginya dari jarak jauh. Satu hal yang membuatku paling senang dengan Agus adalah selain anaknya lugu ia sangat sabar, dan tentunya sangat pandai.

Waktu itu, umurnya sekitar 8 tahun, setahun lebih tua dari kami yang rata-rata masih berusia 7 tahun. Tapi itu tak membuatnya merasa paling tua dan berlaku sewenang wenang kepada kami, meskipun demikian ia masih belum mampu melingkarkan tangannya hingga ke kuping, lucu juga pikirku, sebab aku sudah dapat melakukan hal tersebut saat usia 6 tahun. Kekurangan Agus itu tak membuatnya menjadi kerdil dalam belajar, tapi malah ia jadikan kekuatan untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam kelas. dan itu dapat ia buktikan dengan meraih juara kelas.

"Aku benci ritual bodoh ini, kan tangan yang bisa mencapai telinga bukan ukuran kepintaran kan, Ay?" tanyanya pada suatu jam istrahat di halaman depan kelas kami. Aku hanya tertawa mendengarnya, melihat kekesalannya dan cara dia mengekspresikan rasa gundah hatinya.

Aku masih ingat pada suatu kesempatan, pak Samsul guru matematika saat Sekolah dasar dulu  pernah berkata padanya bahwa tahilalat yang ada dikelopak mata kanannya sangat berbahaya bagi gadis gadis, kelak jika ia remaja atau dewasa nanti, tapi itu jangan dijadikan alat untuk memperdayai perempuan. Saat itu kami masih terlalu muda tuk mengerti apa kata guru pun demikian dengan Agus, akhirnya kami hanya meresponnya dengan tawa renyah yang membuat gaduh kelas, tapi kulihat Agus hanya mampu merona malu hingga tampak merah mukanya. Suasana itu benar benar riuh, karena kami telah diserang kantuk dijam pelajaran terakhir...

Ku akui ia sangat handal pada mata pelajaran matematika, yang buatku melihat angka angka saja kepalaku sudah puyeng tujuh keliling yang menurunkan rasa mual ke lambung. Sedang ia, dengan lihai menyelami deretan angka seperti melahap es krim saja. Katanya matematika itu serupa dengan angka angka kepastian langkah kita, jika salah langkah kita pasti akan kalah. Agar tak salah langkah perhitungan haruslah tepat. Akh, aku terkadang iri padanya kerna selain sabar dan tekun ia juga selau memenagkan juara kelas bersaing dengan Lina teman kelas kami yang cantik dan periang.

Bukan hanya jago dalam matematika, Agus juga sangat fasih dalam melantunkan Ayat ayat Al-Qur'an. di sebuah surau dekat rumah kami, saat magrib menjelang kami selalu berlomba menuju surau tuk melaksanakan shalat magrib dan belajar mengaji pada Papu' Piyah (nama guru mengaji kami saat itu, yang juga merupakan nenek dari Agus). Saat mengambil air wudhu adalah saat yang paling ramai buat aku, Agus, Lina, Rifai, dan kawan kawan. Di pancuran air itu, kami selalu bermain air, karena airnya yang begitu sejuk, yang disuling dari mata air pegunungan.

Setelah shalat magrib, kami satu persatu mengejakan Qalam-Qalam Ilahi yang di dampingi oleh Papu' Piyah, beliau sangat sayang pada kami, tak pernah marah jika ada kesalahan dalam ejaan atau jika kami malah tergoda oleh setan tuk bercanda di sela pembacaan Ayat suci.  Beliau selalu bisa membawa kami tuk lebih khusyuk dalam menyelami ayat ayat Allah. Setiap malam kami selalu mengaji di surau kecuali malam Jum'at, sebab malam itu kami akan belajar cara Azan dan bangaimana menjadi imam serta makmum dalam sebuah shalat jamaah.

Kata Papu' Piyah, perempuan juga harus bisa menjadi imam untuk kaumnya dan juga harus tahu bacaan azan agar saat mendengar muazzim mengumandangkan azan mampu tuk menjawabnya dengan baik. Beliau selalu berpesan kepada kami bahwa seorang guru akan sangat berbahagia jika melihat anak anak didiknya menjadi orang yang berguna. Dan setiap guru pasti ingin dikemudian hari jika mereka telah tiada, maka kita dapat mendoakannya dengan mengirimkan surah Al Fatihah agar ilmu yang di ajarkan menjadi bermanfaat.

Pernah suatu malam saat praktek shalat berjamaah kami (yang saat itu ide cemerlang dari Agus) mengerjai Rifai yang selalu menggantikan Agus menjadi imam. Saat itu yang menjadi imam adalah salah seorang teman dan kami paksa Rifai tuk berada di posisi belakang imam sebagai pengganti imam jika sudah 3 kali teguran ma'mum, dan tetap tidak bisa melanjutkan tugas sebagai imam maka mau tidak mau yang di belakang imam harus maju menggantikannya. Aah, kami jadi menyesal penggantinyapun (Rifai) tidak bisa melakukannya, akhirnya kami harus mengulang shalat itu, karena ketahuan mengerjai Rifai, karenanya kami harus menanggung hukuman. Besok malamnya Papu' merendam kami di kolam hingga waktu pulang mengaji.

Sejak saat itu, kami tak berani lagi bermain main dalam praktek shalat. selang sehari hukuman, aku baru tahu alasan Agus mengerjai Rifai, itu dikarenakan Rifai masih belum bisa hafal surah surah pendek dan bacaan shalat. Padahal seharusnya mereka (semua yang laki laki) harus dapat giliran menjadi imam dan harus dilaksanakan, kalau dia tidak berani belajar ya kapan bisa, kata Agus padaku saat itu. Kupikir ide itu benar benar ampuh untuk mengajarkan pada Rifai efek jera dan mau belajar dengan sungguh sungguh. Alhasil sebulan kemudian ia sudah mampu menghafalkan surah surah pendek.

Aku dan Agus sama sama dua orang anak kecil yang tak banyak bergaul, sepulang sekolah kami hanya bermain di sekitar rumah saja, tak berani melangkah ke yang lebih jauh lagi, aku hanya menghabiskan waktuku memperhatikan mamak memasak di dapur, atau di halaman depan rumah di bawah pohon jambu. Sedang Agus tak jauh berbeda hanya bermain di seputar rumahnya, sekali kali ke rumahku karena jarak rumah kami hanya terpaut 20 meter. Mungkin inilah yang akhirnya membuat kami akrab dan salaing berbagi dalam persahabatan yang tulus.

Aku tak pernah tahu selain handal dalam matematika ternyata Agus juga memiliki bakat Penyair, kelak saat dewasa aku baru mengetahuinya. Selepas sekolah menengah pertama aku, Agus, Lina dan beberapa teman melanjutkan pendidikan ke kota Makassar, sejak saat itu aku tak pernah lagi mendengar kabar tentang dia, karena ia dan juga keluarganya telah pindah sejak meninggalnya Papu' Piyah. Terakhir ku dengar ia menamatkan kuliahnya di salah satu universitas swasta setelah beberapakali berpindah pindah universitas. Jika saja ia tak pindah bersama orang tuanya saat itu, mungkin aku masih bisa mendapatinya tiap aku pulang ke Baraka melepas rindu masa kecilku. Kali ini aku hanya mampu berharap yang terbaik untuknya dan jika masih ada sisa jodoh antara kami, aku ingin bertemu lagi dengannya. semoga saja.


(bersambung ...)



Baraka Enrekang, 20110804



Silahkan Baca juga Postingan berikut:

0 komentar:

Mau jadi pertamax?

Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.

Komentar Anda sangat Kerajaan Air Mata butuhkan untuk pengembangan kualitas blog Kerajaan Air Mata ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.

Silahkan Berkomentar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.

KOMENTAR

 

BLOG RANK

SESAMA BLOGGER