Senyum Pemilik Hari
By: Ayano Rosie

jingga masih menggantung di bibir langit
semburat pelan menjalar memasuki subuh
memulakan hari dengan syukur dan nikmat
memanjakan dedaun dari dingin sang embun

lamat lamat kelabu berbuah selimut kabut
pelan namun pasti dedaun bersenandung
meski dingin menusuk hingga akar
tetap saja pagi datang dari serinai rindu
menjumpai alam yang masih termagu mengusir gigil
sisa perjamuan semalam

seperti biasa, saat pagi belum terjaga
lalu lalang anak petani nenyisir pematang
mendahului jejak kodok di hingar bingar kicau burung
dan anak-anak sungai bernyanyi menyambut meriahnya pagi

masih di sini, di Baraka dengan gigil mengikat sumsum
anak-anak dengan wajah kusam membangunkan pagi
berjalan beriringan menuju matahari demi kehidupan layak
dari seragam merah putih hingga abu-abu
menyusuri lelap sang pagi tak peduli kabut masih mencumbu dingin

petani tak lagi menunggu rumah, sejak subuh ia terjaga
menemu ladang mengharap hujan menyuburkan buah
dedaun menitikkan embun dengan lembut basahi rerumput
sayup matahari mulai merekah di senyum kemuning
pertanda ia telah terbangun dari mimpinya
malu malu kakinya menunggangi timur
beranjak mengiring kesibukan alam di desaku

sungguh, ini sangat kurindukan
saat sesak kota tanpa keramahan memenjarakan
ego asap pete-pete menyesak di hidung dan nafas
memaksaku tak ingin bersahabat matahari
tapi di sini matahari menjamu dengan senyum paling menawan
memanjakan rasaku dari gerah oleh mata tajamnya
di sini di desaku, masih kutemui mata sayup nan ramah
sang pemilik hari memanjakan waktuku


Baraka Enrekang, 20121024