Sabtu, 06 Februari 2010

Sajak Sebatang Lisong

W.S. Rendra
Sajak Sebatang Lisong


menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukong mengangkang
berak di atas kepala mereka


matahari terbit.
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan.
delapan juta kanak - kanak
menghadapi satu jalan panjang
tanpa pilihan
tanpa pepohonan
tanpa dangau persinggahan
tanpa ada bayangan ujungnya

menghisap udara
yang disemprot deodorant
aku melihat sarjana - sarjana menganggur
berpeluh di jalan raya
aku melihat wanita bunting
antri uang pensiun
dan di langit
para tekhnokrat berkata
bahwa bangsa kita adalah malas
bahwa bangsa mesti dibangun
mesti di up grade
disesuaikan dengan teknologi yang diimpor
gunung gunung menjulang.
langit pesta warna di dalam senjakala
dan aku melihat
proses yang terpendam
terhimpit di bawah tilam.
aku bertanya
tetapi pertanyaanku
membentur jidat penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian
bunga - bunga bangsa tahun depan
berkunang - kunang pandang matanya
di bawah iklan berlampu neon
berjuta - juta harapan ibu dan bapak
menjadi gemalau suara yang kacau
menjadi karang di bawah muka samudra

kita harus berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat-diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata.
Inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya renda - renda kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan
Kepadamu Aku bertanya


ITB Bandung 19 Agustus 1977


SALAM HUJAN


Silahkan Baca juga Postingan berikut:

4 komentar:

eNeS : 6 Februari 2010 pukul 19.40 mengatakan...

Mas Willy (alm) selalu jadi inspirasiku.
Meski sang maestro tlah mangkat, karya tetap menarik untuk diangkat

Nurahmi Mammi : 22 Agustus 2010 pukul 01.05 mengatakan...

puisi yang sangat mengkritik pemerintah orde baru dan aku punya dalam bentuk audionya sehingga aku mudah mendengarnya kapan saja melalui hanphoneku

Arif Agus Bege'h : 22 Agustus 2010 pukul 01.15 mengatakan...

Kang eNes=> trimakasih sudah sudi berkunjung

Arif Agus Bege'h : 22 Agustus 2010 pukul 01.18 mengatakan...

Mammi'=>siplah


Silahkan Berkomentar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.

KOMENTAR

 

BLOG RANK

SESAMA BLOGGER