Minggu, 07 Februari 2010

FILSAFAT KEPERAWATAN

Nah...ini dia tentang kesehatan...walaupun catatan ini merupakan tugasku saat kuliah di salah satu perguruan tunggi di makassar, tapi yaah sekedar berbagi dan jangan di tertawaiin nah...namanya saja tugas dari dosen..dan satuhal lagi bahwa catatan tentang filsafat ini saya ambil memalui catatan kuliahku juga, jadi kalo ada yang merasa bahwa ini bagian dari catatan anda, yaah mohon dimaafkan demi kecerdasan bangsa kita dalam hal kesehatan berfilsafat...dan yang tak kalah pentingnya bagi para filsafat, sudi kiranya memberi saran atau kritikan pada tulisan kali ini, tapi yang sifatnya membangun nah..nah...nah..

ahhh..tanpa panjang dan lebar langsung saja baca setelah itu komentar yang paling penting..ok...

Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan / pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.


Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis; bertindak secara rasional – etis; serta kematangan untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan dan dapat dibantu melalui keperawatan; domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan; basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat/keperawatan diperlukan keberadaannya.


Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis,kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya; bertindak secara rasional-etis; serta bersikap tanggap/peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna jasanya. Akan tetapi pergeseran-pergeseran ini membawa konsekwensi dan segudang pertanyaan untuk dijawab : Apakah benar keperawatan itu profesi, kalau ya pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa fokus telaahannya, , lingkup garapan dan basis intervensinya, pada sirkumstansis seperti apa intervensi keperawatan dibutuhkan, atau secara singkat how nurses facilitate the health of human beings? Apakah keperawatan itu ilmu? Kalau demikian apa objek formilnya; objek materiilnya; konsep-konsep apa yang mendasari building block nya; melalui proses metodologi seperti apa ilmu keperawatan tsb ditemukan dan dibangun.


Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tsb diperlukan telaah terhadap esensi keperawatan didasarkan pada berbagai konsep yang melandasi perkembangan berbagai teori-teori keperawatan. Berbagai teori keperawatan mengemuka sejak Florence Nightingale (notes on nursing), Virginia Henderson (the activities of living) , Callista Roy (Adaptation Model), Dorothea Orem (Self-care model), M.Leininger (transcultural nursing), Jean Watson (human science and human care) dan masih banyak lagi.


Profesi, secara historis dikaitkan dengan pendidikan tinggi atau institusi pembelajaran dan membawa implikasi pada tingkat kemampuan tertentu yang dicapai melalui proses studi dan riset. Lebih lanjut, ada kesepakatan umum bahwa profesionalisme berkaitan langsung dengan keahlian, otonomi dan pelayanan. Seorang professional bertindak secara konsiensius, paham dan mengerti apa yang dilakukannya dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain (Perry & Potter,2005:7).

Profesi mempunyai katarkeristik utama :

1. Profesi mensyaratkan pendidikan yang memadai untuk meletakkan dasar-dasar professional bagi para praktisinya.
2. Profesi mempunyai pengetahuan , konsep dan teori sebagai landasan untuk mengembangkan ketrampilan , kemampuan dan norma-norma.
3. Profesi mempunyai bidang garap dan layanan yang spesifik, serta standar sebagai acuan • Anggota profesi mempunyai otonomi dan kewenangan untuk mengambil keputusan terhadap hal-hal yang menjadi lingkup garap keprofesian
4. Profesi mempunyai kode etik untuk menuntun anggota profesi dalam menjalankan aktifitas profesionalnya, serta melindungi masyarakat konsumennya. Karakteristik tersebut akan menjadi penciri bagi para profesional dalam menjalankan peran dan fungsinya. Peran dan fungsi yang diemban para profesional sejalan dengan domain profesionalnya, dalam hal ini menyangkut tiga hal pokok yaitu fokus telaahan , lingkup garapan dan basis intervensi. Ketiga domain profesi ini menjadi landasan bagi para profesional untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti diketahui bahwa profesi ada karena keberadaannya dibutuhkan masyarakat sehingga terjadi hubungan timbal balik antara masyarakat profesi dan masyarakat konsumen,hubungan saling percaya antara keduanya dibangun dan dibina sehingga melalui hubungan ini tumbuh pengakuan masayarakat terhadap profesi dan pengakuan tersebut melekatkan status dan privelege pada masyarakat profesi. Di pihak lain , pengakuan - status dan privelege ini membangun komitmen para profesional untuk ”menginvestasikan” diri dan hidupnya bagi karyanya melayani masyarakat, dengan demikian pada akhirnya penciri profesi akan melekat pada gaya hidup,perilaku dan personality; dan kehidupan profesional dapat berujung pada income,prestige dan power. Dalam konteks ini ketiga hal tersebut dapat bermakna bahwa melalui profesinya seseorang dapat hidup layak, bangga pada profesinya dan melalui aktifitas profesinya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

MAKNA dan PARADIGMA KEPERAWATAN

Paradigma, dalam Chaska (1990:167,) dikemukakan sebagai “ a world view or general perspective for viewing some complexity of the real world that becomes embedded in the orientation of those who subscribe to the paradigm” atau apa yang dikemukakan Kelly 2003:194 sebagai Ways of looking at (Conceptualizing a Discipline (ex.Nursing) in a clear, explicit term that can be communicated to others” Apabila pengertian paradigma tersebut dikaitkan dengan keperawatan, maka dapat dikatakan sebagai keyakinan dan cara pandang terhadap berbagai konsep yang mendasari the real world of nursing , sehingga dengan memahami nilai-nilai yang menjadi dasar keyakinan dan cara pandang tersebut akan menuntun orientasi konsep dan aplikasi praktisnya. Para penggagas teori keperawatan menyepakati bahwa ada empat konsep yang menjadi elemen utama paradigma keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, sehat/kesehatan dan keperawatan (Chaska,2003;Perry & Potter,2005) dan manusia merupakan fokus sentral dari paradigma keperawatan (George,1980). Keempat elemen dari paradigma ini diwujud-nyatakan dengan dijiwai oleh prinsip holism, humanism dan caring.


Keperawatan.

Esensi keperawatan, seperti dirumuskan oleh American Nurses Association (ANA,1980) adalah Diagnosis and treatment of human responses to actual and potential health problems atau dapat diinterpretasikan sebagai diagnosis dan perlakuan pada respon manusia terhadap masalah klesehatan baik yang sifatnya aktual maupun potensial. Dari rumusan tersebut ada beberapa hal pokok yang membutuhkan penjabaran makna lebih lanjut, yaitu : diagnosis dan perlakuan, respon manusia dan masalah kesehatan.


Diagnosis adalah careful,critical study of something to determine its nature (NANDA,2001). Diagnosis merupakan kesimpulan terhadap suatu keadaan yang dilakukan melalui proses pengkajian dalam hal ini terdiri dari tahapan-tahapan pengumpulan data, analisis dan kesimpulan. Diagnosis keperawatan (ICN,1987) adalah label given by a nurse to the decision about a phenomenon which is the focus of nursing intervention atau dapat diinterpretasikan sebagai rumusan yang dibuat berdasarkan keputusan terhadap fenomena yang merupakan fokus dari intervensi/perlakuan keperawatan.


Jadi diagnosis keperawatan disini berbeda dari diagnosis medik ;diagnosis keperawatan tidak menentukan jenis penyakit yang diderita oleh seseorang tetapi menentukan fenomena apa yang dialami oleh seseorang, hal ini antara lain dapat berkaitan dengan penyakit atau keadaan lain dari rentang sehat-sakit. Fenomena atau fokus telaahan ini merupakan aspect of health of relevance to nursing practice. Potter & Perry (2005:58) mengemukakan fenomena sebagai aspects of reality that can be consciously sensed or experienced. Dari dua pendapat tadi dapat dikemukakan bahwa fenomena merupakan aspek dari realitas yang dapat dirasakan atau dialami. Dalam suatu disiplin, fenomena mencerminkan domain atau territory. Domain dikatakan sebagai …the perspective and territory of the discipline and contains the subject , central concept, values and beliefs, phenomena of interest and the central problems of the discipline. Secara spesifik ini menyangkut tentang human responses to health and illness either potential or actual ……these human responses range broadly from health restoring reactions to an individual episode of illness to the development of policy in promoting the longterm health of a population ….. Fenomena dalam hal ini respon manusia terhadap masalah kesehatan atau rentang kondisi sehat-sakit, secara individual client dapat berupa respon terhadap penyakit misalnya kanker leher rahim; maka proses mendiagnosis pada keperawatan menekankan pada apa/bagaimana respon klien secara utuh terhadap kondisi tersebut. Melalui aktifitas pengkajian keperawatan (nursing assessment) ditelaah bagaimana respon fisiknya : apakah menimbulkan nyeri, bagaimana intensitas dan kwalitas nyerinya, seperti apa polanya, apakah nyeri ini menyertai terganggunya pola aktifitas atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang lain? Yang berikutnya adalah kajian terhadap respon psiko-sosialnya : apakah yang bersangkutan tahu apa yang dideritanya, apa makna kanker ini baginya, apakah keberadaan kanker leher rahim ini menyebabkan fungsi peran nya (role function) terganggu, dalam kapasitasnya sebagai apa – ibu,istri? Bagaimana respon emosionalnya terhadap keberadaan kanker leher rahim ini, atau berada pada tahapan manakah : denial (penolakan)- anger (marah)- bargaining (tawar menawar)- depression (kesedihan yang mendalam)- ataukah sudah pada tahap acceptance (menerima). Kajian secara utuh respon bio-psiko-sosio-spiritual harus dilakukan, sejalan denagn pandangan dasar keperawatan terhadap manusia yang unik dan utuh, dihadapkan pada kanker leher rahim yang sama responnya berbeda-beda. Untuk menentukan kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi (lingkup garapan keperawatan/ domain profesi) dan bagaimana potensi yang bersangkutan untuk mengatasinya.


Kebutuhan dasar manusia ini (basic human needs) ini meliputi antara lain kebutuhan udara (oksigen); nutrisi; cairan dan elektrolit; eliminasi; rasa nyaman; rasa aman (safety and security); interaksi; hygiene personal; mobilitas fisik. Kesimpulan terhadap kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia (KDM) inilah yang disebut dengan diagnosis keperawatan.


Diagnosis keperawatan menjadi basis intervensi atau bentuk perlakuan dan bantuan keperawatan yang harus dilakukan perawat, terhadap kliennya, apakah secara mandiri ataukah secara kolaboratif tergantung dari esensi permasalahan dan kompleksitasnya. Rumusan diagnosis keperawatan dapat meliputi rangkaian pernayataan tentang problem-etiology-symptom (PES); problem-etiology (PE); atau problem –symptom (PS). Sangat tergantung pada rumusan diagnosis keperawatan, perlakuan keperawatan (nursing intervention) dapat berupa upaya promotif,preventif,caratif (dari care) dan restoratif. Ini seperti pula diuraikan oleh ICN (International Council of Nursing), nursing as an integral part of health care system encompasses the promotion of health,prevention of illness, and the care of physically ill,mentally ill and disable people of all ages, in all health care and other community settings …. Bantuan keperawatan (nursing intervention) ini diberikan apabila seseorang berada pada kondisi self-care deficits (Orem,1980) yaitu apabila self care demand melampaui self care ability atau seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM)nya secara mandiri baik karena tidak adanya kemampuan, kemauan dan atau pengetahuan… the unique function of the nurse is to assist the individual, sick or well (or to a peaceful death) in the performance of those activities in such a way that he/she can perform unaided if he/she has the necessary strength,wll or knowledge (V.Henderson, 1967).


Dengan menggunakan pandangan dasar terhadap tiga konsep yang lain dalam paradigma keperawatan, maka intervensi keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional memperhatikan nilai-nilai harkat dan martabat manusiawi (humanism), perlakuan yang utuh/ tidak terfragmentasi (holism/wholeness) dan menekankan caring sebagai jiwa dari keperawatan (the heart of nursing).

MANUSIA sebagai FOKUS SENTRAL


Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.

Pandangan tentang keperawatan sebagai sains tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area-area :

• Pengkajian terhadap kondisi manusia

• Eksplikasi dari pengalaman manusia dengan, dan responnya terhadap berbagai kondisi sehat-sakit

• Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya

• Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship

• Studi tentang sistem untuk bagaimana human care mesti diwujudkan

Dalam eksplikasi sains tentang human care pencarian harus termasuk beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical,perilaku,sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir/peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna,nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.

Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada :

Filosofi tentang kebebasan,pilihan dan tanggung jawab manusia Biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism) Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,nilai-nilai etis,intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan Konteks hubungan,proses interaksi antar manusia

Melalui telaah terhadap berbagai aspek tersebut, keperawatan secara kritis harus mempertanyakan apakah arah pengembangan keilmuan dan profesi keperawatan dengan pendekatan medical science tepat ? Pendekatan ini lebih menekankan pada penggunaan konsep, pandangan dan tehnik-tehnik dari ilmu alam dan kedokteran yang diaplikasikan pada keperawatan. Dengan pendekatan ini, keperawatan baik secara keilmuan ataupun profesi akan terjebak pada pola pemikiran dan tindakan yang mudah terfragmentasi pada struktur dan fungsi organ, penyakit dan tehnik-proseduril tertentu. Ini tidak sejalan dengan prinsip dan pandangan keperawatan tentang holism,humanism and caring.


Keperawatan sebagai human science mengintegrasikan keilmuan dengan nilai-nilai keindahan, seni/kiat , aspek etis dan estetis dari proses caring antar manusia. Keperawatan dapat berkembang dengan fondasi filosofis yang lebih bermakna berbasis pada nilai-nilai manusiawi. Melalui ini harus dipilih metoda yang memungkinkan untuk melakukan kajian terhadap makna diri bukan hanya secara objektif tetapi juga subjektif dari diri perawat sendiri maupun orang lain. Dalam konteks ini, kajian keperawatan lebih memfokuskan pada manusia dengan masalah dan pengalaman hidupnya (i.e.health and illness) dari pada sekedar perilaku,tehnik dan proseduril yang sering tidak manusiawi. Dengan demikian, pola ini akan memperluas pemikiran dan memungkinkan untuk mengembangkan gambaran baru tentang makna sebagai manusia, perawat, pengalaman sakit, pengalaman dirawat/disembuhkan, memberi dan menerima human care


Manusia.

Dalam pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a whole, as a fully functional integrated self. Dalam konsep holism ini, manusia dilihat sebagai sosok yang utuh, …..the human is viewed as greater than, and different from, the sum of his or her parts …. (Watson,1985:14) yang bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek dari diri seorang manusia, secara bersama-sama berfungsi dan berespon untuk mewujudkan keutuhannya. Karena keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga diyakini sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungannya secara dinamis, berkesinambungan dan itu semua penting untuk perkembangan personalnya.

Pandangan dasar tentang manusia ini, yang dalam paradigma keperawatan merupakan fokus sentral pada saatnya memberi arah pada eksplorasi tentang human science , human responses (to health and illness) dan human care serta menuntun perawat untuk memahami dan memperlakukan manusia lain (klien) secara utuh, unik dan manusiawi.


Sehat/Kesehatan .

Sehat seperti dinyatakan WHO adalah a state of complete physical,mental and social wellbeing, not merely the absence of disease or infirmity, atau dikatakan sebagai kondisi yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial dan tidak sekedar bebas dari penyakit dan kelemahan. Definisi tersebut mengandung makna bahwa sehat merupakan kondisi multidimensi yang paling tidak mencakup lima dimensi yang berbeda sebagai standar minimal untuk dinyatakan sebagai sehat (sempurna) yaitu kesehatan fisik, mental (fungsi emosional dan intelektual) fungsi sosial, fungsi peran dan persepsi umum tentang wellbeing. Konsep lain dikemukakan oleh Pender (1996:18) mengutip Dubos mengemukakan sehat sebagai a state or conditions that enables the individuals to adapt to the environment; the degree of health experienced is dependent to one’s ability to adjust to the various internal and external tensiona that one faces. Dari kutipan tersebut sehat dikatakan sebagai kondisi yang memungkinkan bagi seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungannya; “tingkatan” kondisi sehat yang dialami tergantung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai tekanan baik internal maupun eksternal yang dihadapi.


Watson (1985:48) menyatakan sehat sebagai unity and harmony within the mind,body and soul. Its also associated with the degree of congruence between the self as perceived and the self as experienced, Such a viewed of health focuses on the entire nature of the individual in his or her physical,social.esthetic and moral realms-instead of just certain aspects oh human behavior and physiology. Definisi tersebut mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi yang utuh dan selaras antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata. Sedangkan Carieri &Co.(1980) dalam bukunya Basic Human Needs menyatakan sehat sebagai a state in which needs are being sufficiently met, dalam hal ini seseorang dikatakan sehat bila kebutuhan dasarnya terpenuhi. Dalam hal sehat-sakit sebagai suatu rentang, Halbert Dunn seperti dikutip Pender (1996:19) mengemukakan bahwa sehat optimum atau dalam istilahnya disebut high level of wellness merupakan an integrated human functioning that is oriented toward maximizing the potential health of which the individual is capable- this requires that the individual maintain balance and purposeful direction within the environment where he is functioning. Konsep tersebut menekankan peran lingkungan bagi seseorang untuk memaksimalkan kesehatan potensialnya melalui integrasi berbagai fungsi manusiawinya, dan untuk ini seseorang perlu mempertahankan keseimbangan dan arah dalam lingkungan dimana ia berfungsi.


Dari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain :

Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-fkator yang mempengaruhi


Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar manusiawinya terpenuhi

Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal

Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang berhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis

Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh (manusia) karena keberhasilannya menyesuaikan diri terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu (agent,environment).


Dalam konteks rentang sehat sakit, ada tiga faktor utama yang berperan yaitu host, agent dan environment. Agent merupakan substances or factors which have been related directly or indirectly to some particular disease state (Spradley & Allender,1997:254). Agent yang dapat berupa bahan, elemen (biologis,nutrient,kimia,fisikal atau mekanis) keberadaan/ketiadaannya setelah terjadi kontak yang efektif dengan susceptible human host pada kondisi lingkungan yang mendukung akan berfungsi sebagai stimulus terhadap proses menjadi sakit. Terminologi ini pada umumnya untuk mendiskripsikan infectius agent, sedang untuk non infectius agent merupakan bagian dari environment (lingkungan).


Lingkungan.

Lingkungan dikatakan sebagai the aggregate of all external conditions and influences affecting the life and development of an organism, human behavior and society (Leavell & Clarck,1965:57), dalam hal ini segala kondisi eksternal yang melingkupi kehidupan seseorang, berpengaruh terhadap hidup dan perkembangan organisme, perilaku manusia dan masyarakat. Spradley & Allender (1997) mengemukakan bahwa lingkungan terdiri dari empat elemen utama yaitu lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Lingkungan fisik meliputi iklim, udara, struktur geologi dan geografi. Lingkungan fisik seperti iklim dan udara mempengaruhi manusia seperti temperatur panas dan dingin yang ekstrim; bau, tingkat kebisingan yang tidak favourable bagi manusia untuk menjalankan aktifitas dan kehidupan; sehingga perlu ada upaya kontrol agar manusia dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara optimal. Lingkungan yang berkenaan denagn struktur geologi dan geografi- apakah merupakan area yang aman dan nyaman bagi manusia untuk tumbuh, berkembang dan menjalani aktifitas kehidupannya; Lingkungan biologis merupakan segala sesuatu yang hidup baik binatang atau tanaman, yang melingkupi kehidupan seseorang. Berbagai jenis mahluk hidup non manusia dari banyak penelitian diketahui sebagai penyebab atau pembawa kuman penyakit tertentu; Lingkungan sosial ekonomi, kedua hal ini sosial dan ekonomi saling tergantung dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan sosial berkaitan dengan lingkup asosiasi/pergaulan seseorang dan karena kondisi sosial ekonomi merupakan faktor penentu pada lingkup/eksistensi sosial seseorang maka lingkungan sosial dan ekonomi dikaitkan satu dengan yang lain. Ada pandangan mendasar tentang hubungan dua hal ini, yaitu makin rendah status sosial-ekonomi makin tinggi prevalensinya terhadap penyakit; atau ada asosiasi antara rendahnya pendapatan dan kerentanan tetrhadap penyakit meskipunn tingginya pendapatan tidak menjamin bahwa seseorang terjaga kesehatannya. Oleh karenanya perhatian harus diberikan pada bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi proses terjadinya penyakit dan ketidak seimbangan. Menempatkan lingkungan sebagai salah satu elemen utama paradigma keperawatan berarti bahwa pemahaman terhadap konsep lingklungan dibutuhkan sehingga kajian terhadap dampaknya pada ketidak seimbangan fungsi-fungsi manusiawi diperhitungkan dan program pengurangan resiko (risk reduction program) sebagai upaya prevensi dapat diwujudkan


nah..cukup sekian dan jangan lupa komentarnya...

nantikan catatan-catatan penting saat sang hujan masih kuliah..buanyak banget..


SALAM HUJAN


Silahkan Baca juga Postingan berikut:

1 komentar:

pangeran sasak : 15 Oktober 2010 pukul 08.31 mengatakan...

mas ad anatomi fisikologi gk,,
thank's


Silahkan Berkomentar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.

KOMENTAR

 

BLOG RANK

SESAMA BLOGGER