Selasa, 05 Januari 2010

SAJAK SAJAK IBRAHIM MASSIDENRENG

MENGHITUNG LEMBARAN HUJAN; PADA KERINGAT YANG MULAI MENGERING.


Sajak ini mencari makna kata dibalik hujan yang tidak malumalu
Semua sudah basah, membuat dindingdinding hati berlumut
Ada lumut yang masih hijau,

Hati kita tetap hijau walau gununggunung menjelma pelangi murka
Setelah hujan membanjiri jalanjalan kotaku tepat depan gedung megah.
Hati kita selumut hijau,



Sajak ini melupakan makna,
Setelah hujan mereda dan kemarau menganga
semua telah menganga dijantung kita, seperti anakanak kita yang menganga kelaparan
Sawah didada sudah mengering, riang menampakkan tulangtulang rusuk kita


Musim ini tak mampu menanti
Sebab hujan telah menjadi duri yang menggenang
;pun kemarau akhirnya malumalu
sekedar tersenyum


Ibrahim Massidenreng
;bawahKubah, Makassar
05 Februari 2008





DIA MASIH BERTAHAN,
NAFASNYA MASIH SEDETAK WAKTU

Tak kurasakan lagi hujan yang menyiram akal
hujan mencumbu kotakota yang tergenang rapi
purba,

Telah kubangun rumah dari hujan
biar,

Telah kutanam banjir pada sawahsawah
Seratus hari lagi, panen raya derita menjadi meriah
mewah,

Telah kubuat antologi hujan
Sambil jinjit membaca
menggantung leher biar tak masuk air

Ditenggorokanku tersumbat pohon
Kuganti rusukrusukku dengan gelondongan, hadiah tengah malammu
Kakiku tumbuh bercabang,
Menjalar,
Mengendap,

;Kubangun rumah dari hujan.
Biar!
Ibrahim Massidenreng
;bawahKubah, Makassar
10 maret 2008



ANAKKU PASAR

Sajak perempuan menjadi mantra
Tak menembus kacakaca
Tampak sekali,

Perempuan menyimpan pasar dalam rahimnya
Kelak melahirkan
Dua anak cukup saja
Komsumtivisme dan hedonisme

Subuh setelah menyiapkan sarapan
Perempuan membuat pasar di bawah dapur
Di pinggir sumur, di kolongkolong rumah
Dan malam hari pasar pun ramai di kafekafe, di pinggir jalan, di balik kaca
Hinggapi pengujung subuh,

Maaf…
Sajak ini bukan berkelamin perempuan
Sajak ini menyimpan gelisah
Perempuan telah lelah, di rumah Tuhan, diseminarseminar, dimedia massa

Juga pada kanvas sering kulukis deritamu.
Perempuan tak menembus kacakaca.

Ibrahim Massidenreng
;bawahKubah, Makassar
06 April 2008

Bookmark and Share


Silahkan Baca juga Postingan berikut:

0 komentar:

Mau jadi pertamax?

Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.

Komentar Anda sangat Kerajaan Air Mata butuhkan untuk pengembangan kualitas blog Kerajaan Air Mata ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.

Silahkan Berkomentar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.

KOMENTAR

 

BLOG RANK

SESAMA BLOGGER