Belajar Menikmati Hari
By: Ayano Rosie
Pagi ini saat terbangun dari mimpi, tiba tiba saja aku ingin menulis. Entah apa yang akan aku tulis, tapi imajiku memaksa akan hal itu. Sedang dari balik jendelaku, matahari masih enggan menyapa, tak tahu mengapa ia begitu berat tersenyum pada pagi. Di sudut lain… aktifitas mulai terlihat dari balik pohon-pohon beton, asap asap rokok dari laju kendaraan pun makin menggila. Nyanyian burung burung mesin berderu membunuh keheningan pagi yang masih ingin ku nikmati. Entah apa laku yang ingin dikejar , semua berlomba mengejar waktu seakan waktu akan melangkahi hari lebih cepat.
By: Ayano Rosie
Pagi ini saat terbangun dari mimpi, tiba tiba saja aku ingin menulis. Entah apa yang akan aku tulis, tapi imajiku memaksa akan hal itu. Sedang dari balik jendelaku, matahari masih enggan menyapa, tak tahu mengapa ia begitu berat tersenyum pada pagi. Di sudut lain… aktifitas mulai terlihat dari balik pohon-pohon beton, asap asap rokok dari laju kendaraan pun makin menggila. Nyanyian burung burung mesin berderu membunuh keheningan pagi yang masih ingin ku nikmati. Entah apa laku yang ingin dikejar , semua berlomba mengejar waktu seakan waktu akan melangkahi hari lebih cepat.
Dengan berat mataku mencari titik titik cahaya dari balik tirai, matahari tersenyum kecut di pagi ini. Itu yang dapat ku lihat dari bias bias cahaya yang tak begitu jelas tertangkap oleh mataku. Mungkin ia sedang marah pada malam yang terlalu cepat membangunkannya, ataukah sedang berdialog dengan sisa mimpi para penghuni bumi malam tadi. Aku tak tahu pasti. Sesaat sisa keletihan kemarin masih terasa di raga yang membuatnya enggan tuk meninggalkan selimut mimpi, tapi bagaimana lagi pagi datang lebih awal dari matahari dan menghentakku ‘tuk segera bangun merapikan mimpi.
Mimpi??? Ada apa dengan mimpi? Mengapa kata itu sangat lekat di kata dan jemariku belakangan ini? Adakah mimpi masih belum ku rangkai, ataukah mimpi ku akan sesuatu yang tak harus memaksaku bergerak melawan arus kota, yang aku harapkan? Bukankah di sini aku mencari piring ku? Bukankah deru kota di pagi buta sudah sangat akrab dengan raga. Apakah mimpi di masa kanak kanak kembali mengasah kerinduanku pada suasana alam pedesaan yang sejuk.
Kenanganku kembali terputar ke masa kanak kanak dulu, saat malam masih akan mengeja subuh, kami sudah terbangun tuk menuju surau, berlarian di pagi buta melewati pematang sawah yang masih abu abu, di iringi nyanyian jengkrik dan suar suar kokok di kejauhan serta rasa gigil yang masih membungkus kulit, tak menyurutkan langkah menemui panggilan azan subuh. Saat itu, air sangat dingin, hampir nol derajat , ku piker, tapi kami malah sangat senang dengan kesegaran air dari saluran saluran bambo yang di suling dari celah celah mata air dari gunung.
oh iya, hampir lupa, desa kami masih sangat jauh dari kebisingan kota, masih erat dengan pohon pohon yang rindang, tempat burung bernyanyi bersama siulan angin yang melambai. Jajaran pegunungan nan hijau, petak petak permadani silangwarna kehijauan dan warna keemasan. Saat pagi segerombolan bangau akan melintas di atas sungai menuju hilir mencari makan dan senja akan membawanya kembali ke hulu, pulang ke keluarganya. Kami biasa bermain di sungai yang arusnya tak deras, cukup untuk membersihkan badan kami yang kotor setelah bermain di sawah. Hmm, kecerian pagi hingga petang benar benar terasa, tak ada hari buat kami tuk berlomba mengejar matahari. Karena waktu beranjak sesuai dengan alurnya.
Setiap mengenang masa kanak kanak, seringkali membuatku rindu tuk merasakan lagi kesegaran pagi, menikmati waktu beranjak perlahan meninggalkan senja, atau sekedar ingin merasakan lagi kesegaran dan bening mata air dari kaki gunung.
Strowbery Makassar, 20110724
Bonus mp3 Dawai Merindu
Yang penasaran ingin berteman Facebook Penulis Kerajaan Air Mata yaitu Ayano Rosie dan Arif Agus Bege'h disilahkan klik di masing masing nama, jangan lupa kirim pesan singkat dengan penutup Salam Blogger atau Salam Sastra, dan yang berkenan tukar link silahkan menuju postingan Exchane Link Otomatis.
8 komentar:
akhirnya curhatan ayana rosie yg kedua sudah dipublikasikan, izin menyimak dulu sobat...
curhatnya bagus bisa temaniku berangan angan...
Asis Sugianto =>
makasih telah menjadi yang pertama..di tunggu terus yach edisi selanjutnya
anisayu =>
makasih jika mampu membawamu berangan angan
ehehe Ayano, jika seorang penyair menulis curhat, pasti yang baca nya bingung... qiqiqi :D , karena penulisnya akan terjebak di lika-liku dan detil keindahan rasa pada moment yang berlangsung , sehingga terkesan bertele-tele, namun di situlah penulis asik bermain-main dengan keindahan kesan ataupun kenangan indah yang "terpuisikan", sehingga sampai paragraf yang jauh pun belum terlihat arah dari curhat nya hehehe, tapi jujur untuk curhat Ayano ini aku sangat menikmati lika-liku keindahan suasana yang dibawakan nya , heheh, sering2 aja curhat seperti ini ya Ayano , salam
curhat past two nya nih,, hhmmm. simak lagi ahhh,, btw ending nya ampe berapa session nih,, :D
sehabis pulang kuliah singgah di blog sobat membaca curhatan ayana rosie ke II
ada kisah flashbacknya ya :) ke masa kanak kanak itu :) seru juga ya
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.