Catatan Deni Irwansyah: MENUJU KUBUR
Sebuah perjalanan terencana
telah dibagi rata buat kita
dari kepekatan rahim perut ibunda
dari peredaran darah dan titisan sukma
Kita nyata
diberi tubuh dan mata
diberi hati dan muka
hingga kehidupan jadi benar-benar ada
Di bumi
banyak tanda mesti terjawab
agar kesusahan menjadi kemudahan
Di bumi
Sedikit kekurangan mesti terkoreksi
tapi kebenaran menjadi samar
Di bumi
Tujuan cinta mesti tercapai
agar pertentangan menjadi perdamaian
Di bumi
Kedudukan harus dilaksanakan
tapi keadilan menjadi hina
Dan perjalanan ini mencatatnya untuk kita:
Di atas kubur
Pabrik-pabrik tumbuh
Perumahan menebar melumat bau kemenyan
Bunga kemboja menghiasi gugusan lampu
puluhan ribu watt di mall dan perhotelan
Sedang jalanan kita makin panjang
dikawal ladang-ladang gersang
Lalu nisanpun jadi poster harga diri
yang ditawarkan di depan gerbangnya
Di atas kubur
Panggung perselingkuhan dibangun
Kebebasan berahi sudah biasa
untuk dipelajari dan dipraktekkan
Peperangan dan perampokan hak
jadi ketimpangan yang diwajarkan
Di atas kubur
Kita gumpalan nafsu menjijikan
daripada air liur anjing kelaparan
Sedang organ usang dan tulang keropospun
masih mampu berdusta pada tanggung jawab
tahtanya
Di atas kubur ada kekuasaan
Di dalamnya adalah keterasingan
Di atas kubur ada kepintaran
Di dalamnya adalah kebodohan
dari jiwa yang kosong dan sunyi
Lalu timbal balik harus dikecap
meski dengan diri yang gamang
meski dengan peluh yang mendidih
sebab kenyataan memang seperti itu
perih
Di atas kubur ada doa
yang merembes di tanah merah
di dalamnya adalah kekeringan
sebab api mancar dari retakan
dinding padung yang berderak
batuanpun meleleh manakala sang jasad
tercengang di antara kubu-kubu gulita
ibarat bungkusan beberapa jawaban selain sepi
Ruangan pengap jadi lidah cemeti
siap menjilat memedihkan pembuluh nurani
lebih panas dari bisa malela
yang menyengat di belukar jemari malam
ketika bersujud saat berwujud
Di atas kubur
ada perjalanan ke arah sana
tapi kematian menjadi musuh menakutkan
padahal kematian adalah kepastian
yang menyembur dari kekuatan jagat
dan ayat-ayat suci yang sudah dilupakan
Perjalanan kita
bukan perjalanan semesta
Perjalanan kita
adalah kelangsungan jiwa
Menuju kubur
dan jiwa-jiwa terkumpul
jika semesta gugur
Deni Irwansyah
Menuju Kubur
1997-2010
Nagreg-Indonesia
Browse » Home »
KARYA SASTRA
» MENUJU KUBUR
Selasa, 16 Februari 2010
MENUJU KUBUR
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.
Komentar Anda sangat Kerajaan Air Mata butuhkan untuk pengembangan kualitas blog Kerajaan Air Mata ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.