“Las Palabras De Amor”
Dan Biarkan Aku Meninggalkanmu
By: Ahyar Anwar
“Salah satu kebohongan yang indah adalah menyerahkan kesetiaan yang telah lama hilang dalam gelap! Seperti memperdengarkan kata-kata cinta sebelum pergi tanpa menyisakan setitikpun harapan!”
Hujan yang ganjil, membasuh wajah kita dengan harapan dari langit. Seperti impian yang selalu kita ciptakan ketika gelap malam baru saja merampas pertemuan kita. Aku selalu berjalan sendirian untuk pulang, berjalan menjauh darimu dan kau tak sekalipun mencuri-curi pandang. Kau melukaiku dengan cara yang paling bisu dan aku selalu mengharap kau menangis dengan setiap perpisahan itu. Airmatamu seperti telaga yang jernih untukku bercermin tentang keindahan cinta. Kau selalu meminta sepenggal kata cinta, kata-kata yang aku rangkai dari huruf-huruf yang aku curi dari kisah-kisah yang telah mati. Huruf-huruf yang penuh dengan bercak bening airmata.
Aku menyerahkanmu pada takdir, kita menyerahkan diri kita bersama dalam harapan. Bahkan jika harapan itu sekalipun adalah sebuah jalan terakhir menuju kematian!.
“Seperti Rose, tokoh wanita dalam Titanic, ketika harus menyerahkan hidupnya pada kematian Jack, kekasih Rose. Ataukah Jack yang telah menyerahkan kematiannya pada kehidupan Rose?. Entahlah, yang pasti Rose menyisakan banyak ruang bagi Jack dalam hatinya, dalam kenangannya, kenangan yang disembunyikannya dalam rahasia yang terdalam.”
Hari ini adalah hari terakhir aku memandangi senyummu, kecantikan yang kau rajut dengan jiwa yang lembut. Senyum yang tak mudah untuk keluar dari hasutannya. Membayangkan waktu yang telah terajut sekian tahun untuk berjalan mendekatkan hati, mempertemukan jiwa, justru berakhir pada sebuah kesadaran lain. Kesadaran tentang lelahnya menemukan sebuah titik kecil untuk bersama dalam cinta yang sejati.
Itu pun belum jadi sesuatu yang menghancurkan, kita masih terus melalui malam dengan membakar kenangan-kenangan “kecil” kita untuk membunuh setiap keraguan yang dibawa oleh kunang-kunang. Kau selalu ragu dengan mataku dan aku selalu ragu dengan senyummu. Padahal senyummu itulah yang menarikku masuk dalam kehidupanmu dan di matakulah sesungguhnya aku menyimpan seluruh harapanku tentang dirimu.
Kita terus belajar membaca wajah kita. Aku membaca wajahku pada setiap senyummu dan kau terus mencari wajahmu didalam mataku. Aku merasa kau tidak memberi sketsa wajahku yang seharusnya disenyummu, seperti juga kau selalu merasa ada wajah lain dimataku, wajah yang bukan wajahmu, wajah yang tersenyum dan mengasihanimu.
Begitulah, waktu terus membawa kita jadi kian jauh.
Ada kabut yang menari-nari kelabu di senyummu dan selalu ada mega kelabu yang mengarak di mataku. Lalu kitapun tersesat pada hati yang lain. Kau merasa aku telah menyesatkanmu, tapi aku merasa kau telah salah memberikanku arah menuju hatimu.
Dan cinta tak seperti yang kita mau.
Disuatu sore yang tentu tidak indah, kau mengelus rambutku, dan menghiburku : “kita bertemu dalam sebuah detak waktu, lalu waktu itupulah yang meyakinkan kita bila kita sesungguhnya tidak pernah sungguh-sungguh saling bertemu!”
Aku tersenyum, “Apa yang kau harap dari waktu?” tanyaku.
“Seharusnya waktu menyiapkan takdir yang lebih baik bagi kita?” jawabnya.
“Tidak, bagiku hanya ada dua kemungkinan, kita yang gagal memahami kenyataan cinta kita, atau kenyataan cinta itu yang gagal kita arahkan sesuai harapan kita”
“Sudahlah, jangan memaksa cinta bertemu dengan takdir dan jangan membicarakan takdir dalam cinta”
“Kalau kau berharap cinta akan membawamu pada takdir atau kau mencari takdir dalam cinta, maka satu-satunya ukuranmu hanyalah waktu. Sebab hanya waktulah yang membawa kita sampai pada satu titik ketitik lain, sementara cinta akan membawa kita dari satu rindu ke rindu yang lain”
“Tapi sudahlah, bahkan setitik airmatapun jadi tak pantas untuk menutup pertemuan kita, begitu pula tak ada setitik dendam pun yang harus terbercak dihati dan jiwa kita”.
“Maksudmu?” Ia bertanya.
“Kita berbicara tentang cinta, bukan tentang waktu. Jika hari ini kita berpisah, itu masalah waktu, bukan cinta!”
“Terus, bagaimana dengan cinta itu?” ia bertanya lebih dalam lagi.
“Karena ia bukan takdir, ia tak ada pada waktu, karena ia bukan pada waktu, maka cinta tak punya batas akhir”.
“Terus apa yang jadi tanda paling setia untuk cinta, selain sebuah takdir!”, ia bertanya dengan airmata.
“Harapan!”
“Tapi bukan untuk kita, untuk cinta itu sendiri!” tambahku.
“Jika masih ada harapan yang kita sembunyikan, maka cinta akan punya tanda, dan jika tanda itu kau simpan dihatimu, maka cinta selalu akan punya janji untuk datang, meski takdir dan waktu menentangnya!”
“Kau yakin itu!” desaknya.
Aku terdiam.
“Aku akan pergi, mungkin pergi yang sejati, tetapi kalau kelak aku akan kembali, percayalah aku hanya punya satu jalan kembali, hatimu adalah satu-satunya harapan yang masih aku miliki. Disana, dihatimu, aku punya ladang yang sempurna untuk menanam kehidupan. Satu-satunya bintang yang bercahaya dan akan menuntunku dalam gelap apapun adalah cahaya cinta yang kau pelihara disana, dihatimu”
“Jawab aku!” desaknya lagi,
“Tentang apa?” tanyaku.
“kau yakin bahwa cinta akan datang pada cahaya rindu yang aku simpan dihatiku, meski takdir dan waktu menentangnya!”
Aku terdiam.
Las palabras de amor,
hanyalah kata cinta yang tak pantas lagi bagi kisah kita.
(“Aku telah memberikan padamu sebuah pertemuan dengan kerinduan yang biru kehitaman, aku telah mensucikan segala prasangka dengan air suci kasihku, kini lepaskanlah aku pergi dengan kebebasan cinta yang tak berbatas”)
Browse » Home »
KARYA SASTRA
» Las Palabras De Amor
Jumat, 15 Januari 2010
Las Palabras De Amor
Salam Hujan
Langganan:
Posting Komentar (RSS)
0 komentar:
Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.
Komentar Anda sangat Kerajaan Air Mata butuhkan untuk pengembangan kualitas blog Kerajaan Air Mata ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.